Senin, 26 Juli 2010

Dua Ibu

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Novel
Judul : Dua Ibu
Pengarang : Arswendo Atmowiloto
Penerbit :Gramedia Pustaka Umum (2009)
Jumlah halaman : 304

Novel Dua IBU adalah cerita tentang perjuangan seorang “IBU” yang membesarkan anak-anaknya. Dalam kehidupan ada dua macam ibu. Pertama,ialah sebutan untuk perempuan yang melahirkan anaknya. Kedua,ialah sebutan untuk perempuan yang merelakan kebahagiannya sendiri buat kebahagiaan anak orang lain. Yang paling istimewa jika dua macam sifat itu bergabung menjadi satu. Aku bercerita karena aku memiliki. Aku memiliki dan ia ku panggil ibu. Begitulah pengakuan mamid. Demikian juga pengakuan 8 anak yang lain yang dikeluargakan karena kasih sayang ibu dan ayah. Mereka adalah Solemah,Mujanah,Jamil,Adam,Ratsih,Herit,Priyadi dan Prihatin.
Solemah adalah salah satu anak ibu yang sulung,telah menuikah dengan seorang prajurit Angkatan Laut dan kini mengikuti suaminya di Surabaya. Setelah kakaknya menikah,setahun kemudian Mujanah juga menikah dengan Agus. Berbeda dengan solemah,Mujanah tidak dibawa pergi oleh suaminya tetapi tetap tinggal bersama ibu dan adik-adiknya yang lain. Walaupun miskin,demi kebahagiaan anaknya ibu rela menjual semua barang berharga bahkan tidak makan selama 3 hari dan seminggu tetapi ia (IBU) dengan tulus melakukannya.
Mamid (Aku) dibawa orang tuanya ke Jakarta karena Mamid sebenarnya adalah anak tante Mirah dan om Bong. Ia ditinggalkan waktu masih bayi dan diasuh oleh IBU. Mamid senang tinggal bersama orang tuanya tetapi Ia tidak begitu menyukai ibunya (tante Mirah) karena terlalau banyak aturan. Walaupun Mamid sudah pulang ke rumah orang tuanya Ia selalu ingat dan rindu dengan IBU yang di Solo yang sudah mengasuhnya dari kecil.
Jamil pergi ke Jakarta demi mengejar cita-citanya menjadi seorang Angkatan Laut dan Petinju. Ikut truk dengan pengendara yang tak dikenal,menjadi penyelundup,ditahan di Singapura dan jadi petinju serta hukuman 20 tahun yang batal karena seorang lelaki menolongnya dengan uang jaminan. Lelaki itu memperkenalkan diri sebagai ayah kandung Jamil.
Adam sudah bekerja dan tidak sekolah lagi. Priyadi dan Prihatin secara paksa diambil oleh ayahnya (Pak Dewiro) karena mereka adalah anaknya. Tetapi kini mereka telah tinggal bersama Adam lagi karena ayahnya telah menikah. Herit ikut bersama Ratsih dan suaminya di Surabaya karena suaminya bekerja sebgai prajurit Angkatan Laut yang berpangkat Sersan.
IBU selalu menjenguk dan merawat Mujanah karena Ia sering sakit-sakitan. Walaupun anak-anaknya yang lain jauh mereka selalu mengirim surat buat IBU untuk memberikan kabar keadaan mereka di sana.
Om Bong (ayah Mamid) masuk penjara karena dituduh sebagai antek Amerika agen CIA. Tante Mirah (ibu kandung Mamid) meninggalkan rumah namun kini telah kembali lagi kepada anak-anaknya (Mamid,Mamine, dan Margaret).

Untuk anak cucu semua di Jakarta.
Hidup itu adakalanya gelap adakalanya terang.
Jangan terlalu sedih kalau lagi gelap,jangan terlalu gembira kalau lagi terang. IBU tak bisa apa-apa,berjalan pun sekarang tak bisa. mintalah selalu kepada Tuhan. Tuhanlah yang maha mengetahui. BagiNya selalu ada jalan bagi kita yang meminta. Kalian masih sembahyang di gereja kan?
Ibumu

Itulah surat terakhir yang diterima Mamid dari IBU setelah IBU meninggal semua anknya pulang ke Solo untuk melihat ibunya yang terakhir kalinya dan mengurus pemakaman ibunya. Tetapi setiap tanggal dan bulan kematian ibu mereka,mereka sekeluarga berkumpul di Solo. Semua membersihkan makam bersama. Mereka yang sebenarnya berasal dari berbagai keluarga,dialiri darah yang sama. Darah IBU. Darah seorang yang mengorbankan kebahagiannya sendiri untuk kebahagiaan orang lain. IBU sudah menjadi seorang ibu tetapi masih ingin menjadi ibu bagi anak-anak yang lain. IBU adalah orang yang bahagia.
Unsur intrinsik novel “Dua Ibu”
1. Tema
Tema dalam novel Dua Ibu yaitu perjuangan dan pengorbanan serta kesabaran seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya,mendidik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab tanpa memperdulikan dari rahim siapa anak itu dilahirkan.

2. Penokohan
Ayah : penyayang,pintar,terlalu awas (hal.24 dan 25)
Ibu : penyayang,perhatian (hal.11,12)
Aku (Mamid) : manja,penakut,suka usil,suka menolong (hal.42 dan 54)
Solemah : baik hati,perhatian (hal.11)
Mujanah : pemarah (hal.53,54)
Jamil : baik hati,keras (hal.44 dan 108)
Ratsih : rajin,pemalu,penakut (hal.41 dan 185)
Om Bong : royal dan banyak uang,galak,sombong (hal.79 dan 299)
Tante Mirah : suka mengatur,pemarah,suka cemburu (hal.18,135,129)
Adam : pendiam,rajin (hal.96)
Lukman : teman Mamin yang jago karate,pemarah (hal.125)
Bibi’ : baik hati dan suka menasehati (hal.143-144)
Herit : keras (hal.237)
Frans : perhatian,setia kawan (hal.260-264)
Untung Subarkah : baik hati,sopan,suka minder (hal.238,176)
John : pemarah dan disegani (hal.226)
Priyadi dan Prihatin : penurut Mbok grambul : pekerja keras (hal.82)
Tikem : baik hati (hal.90,91)
Pak Dokter : baik hati (hal.56)
Bu Bei : baik hati (hal.49)
Agus : suka menyuruh dan pelit (hal.17)

3. Latar/Setting
Novel “Dua Ibu” bersetting tahun 6o-an di kota Solo,Surabaya,Jakarta,Malang,Singapura,Taman Sri Wedari.

4. Alur/Plot
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju atau progressif,tidak selalu berurutan tetapi berangkaian. Cerita ini dimulai dari pengenalan sosok seorang ibu yang berbeda dengan ibu-ibu yang lain dalam dunia kehidupan. Kemiskinan,penderitaan,kesabaran,pengorbanan dan perjuangan seorang ibu begitu besar di mata anak-anaknya walaupun mereka bukanlah anak yang selama ini mereka panggil ibu. Hingga akhirnya sosok ibu itu meninggal. Ibu adalah orang yang rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri untuk kebahagiaan orang lain.

5. Sudut Pandang
Orang pertama. Pada novel ini pusat pengisahan menggunakan teknik Author participant yaitu pengarang turut serta mengambil bagian dalam cerita. Pengarang menggunakan kata ganti “aku” untuk tokoh utamanya (hal. 9)

6. Amanat
Amanat dalam novel ini yaitu rasa cinta dan ketulusan hati seorang ibu mampu mengatasi kesulitan apapun,karena ibu dalah segalanya bagi hidup kita dan jangan pernah sia-siakan perjuangan dan pengorbanan seorang ibu selama ini dan bahagiakan mereka selama kita bisa.

7. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh pengarang sederhana dan mudah dicerna isinya sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah pesan atau maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang.



Nama : Muliana
NIM : 2006-35-013
MID : Teori Sastra

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nilai moral